Sabtu, 16 Januari 2010

Delapan kebohongan ibu....




1. Cerita ini dimulai ketika aku masih kecil, saya terlahir sebagai
anak lelaki dari sebuah keluarga miskin. Yang terkadang untuk makan
pun kita sering kekurangan. Kapanpun ketika waktu makan, ibu selalu
memberikan bagian nasi nya untuk saya. Ketika beliau mulai memindahkan
isi mangkuknya ke mangkuk saya, dia selalu berkata "Makanlah nasi ini
anak ku. Aku tidak lapar"

ini adalah kebohongan Ibu yang pertama.


2. Ketika aku mulai tumbuh dewasa, dengan tekun nya ibu menggunakan
waktu luangnya untuk memancing di sungai dekat rumah kami, dia
berharap jika dia mendapatkan ikan, dia dapat memberikan aku sedikit
makanan yang bergizi untuk pertumbuhan ku. Setelah memancing, dia akan
memasak ikan tersebut menjadi sup ikan segar yang meningkatkan selera
makan ku. Ketika aku memakan ikan tersebut, ibu akan duduk disebelah
ku dan memakan daging sisa ikan tersebut, yang masih menempel pada
tulang ikan yang telah aku makan. Hatiku tersentuh sewaktu melihat hal
tersebut, aku menggunakan sumpitku dan memberikan potongan ikan yang
lain kepadanya. Tetapi dia langsung menolaknya dengan segera dan
mengatakan " Makanlah ikan itu nak, aku tidak seberapa menyukai ikan"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke dua


3. Kemudian, ketika aku berada di bangku sekolah menengah, untuk
membiayai pendidikan ku, ibu pergi ke sebuah badan ekonomi (KUD) dan
membawa kerajinan dari korek api bekas. kerajinan tersebut
menghasilkan sejumlah uang untuk menutupi kebutuhan kami. Ketika musim
semi datang, aku terbangun dari tidurku dan melihat ibuku yang masih
terjaga, dan ditemani cahaya lilin kecil dan dengan ketekunan nya dia
melanjutkan pekerjaan nya menyulam. Aku berkata "Ibu, tidurlah,
sekarang sudah malam, besok pagi kamu masih harus pergi bekerja." Ibu
tersenyum dan berkata "Pergilah tidur, sayang. Aku tidak Lelah."

Itu adalah kebohongan ibu yang ke tiga


4. Pada saat Ujian akhir, ibu meminta izin dari tempat ia bekerja
hanya untuk menemaniku. Pada saat siang hari dan matahari terasa
sangat menyengat, dengan tabah dan sabar ibu menugguku dibawah terik
sinar matahari untuk beberapa jam lamanya. Dan setelah bel berbunyi,
yang menandakan waktu ujian telah berakhir, Ibu dengan segera
menyambutku dan memberikan ku segelas teh yang telah beliau siapkan
sebelumnya di botol dingin. kental nya teh terasa tidak sekental kasih
sayang dari Ibu, yang terasa sangat kental. Melihat ibu menutup botol
tersebut dengan rasa haus, langsung saya memberikan gelasku dan
memintanya untuk minum juga. Ibu berkata "Minumlah, nak. Ibu tidak
haus!"

Itu kebohongan ibu yang ke empat


5. Setelah kematian ayahku yang disebabkan oleh penyakit, Ibuku
tersayang harus menjalankan peran nya sebagai orang tua tunggal.
dengan mengerjakan tugasnya terlebih dahulu, dia harus mencari uang
untuk memenuhi kebutuhan kami sendiri. Hidup keluargaku menjadi
semakin kompleks. Tak ada hari tanpa kesusahan. Melihat keadaan
keluargaku pada saat itu yang semakin memburuk, ada seorang paman yang
tinggal dekat rumahku datang untuk menolong kami, baik masalah yang
besar dan masalah yang kecil. Tetangga kami yang lain yang tinggal
dekat dengan kita melihat kehidupan keluarga kami sangat tidak
beruntung, Mereka sering menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi
ibu yang sangat keras kepala, tidak memperdulikan nasihat mereka, dia
berkata " Saya tidak butuh cinta"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke lima


6. Setelah saya menyelesaikan pendidikanku dan mendapatkan sebuah
pekerjaan. itu adalah waktu bagi ibuku untuk beristirahat. Tetapi dia
tetap tidak mayu; dia sangat bersungguh-sungguh pergi ke pasar setiap
pagi, hanya untuk menjual beberapa sayuran untuk memenuhi kebutuhan
nya. Saya, yang bekerja di kota yang lain, sering mengirimkan beliau
sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan nya, tetapi Beliau
tetap keras kepala untuk tidak menerima uang tersebut. Beliau sering
mengirim kembali uang tersebut kepadaku. Beliau berkata "Saya punya
cukup uang"

itu adalah kebohongan ibu yang ke enam


7. Setelah lulus dari program sarjana, kemudian saya melanjutkan
pendidikan saya ke tingkat Master, saya mengambil pendidikan tersebut,
dibiayai oleh sebuah perusahaan melalui sebuah program beasiswa, dari
sebuah Universitas terkenal di Amerika. Akhirnya saya bekerja pada
perusahaan tersebut. Dengan gaji yang lumayan tinggi, saya berniat
untuk mengambil Ibu dan mengajak nya untuk tinggal di amerika. Tetapi
Ibuku tersayang tidak mau merepotkan anak lelakinya, Beliau berkata
kepadaku "Saya tidak terbiasa"

itu adalah kebohongan ibu yang ke tujuh

8. Sewaktu memasuki masa tua nya, ibu terkena kanker tenggorokan dan
harus dirawat di rumah sakit. Saya yang terpisah sangat jauh dan
terpisah oleh lautan, segera pulang ke rumah untuk mengunjungi ibuku
tersayang. Beliau terbaring lemah ditempat tidurnya selepas selesai
menjalankan operasi. Ibu yang terlihat sangat tua, menatapku dengan
tatapan rindu yang dalam. Beliau mencoba memberikan senyum diwajahnya.
meskipun terlihat sangat menyayat dikarenakan penyakit yang
dideritanya. Itu sangat terlihat jelas bagaimana penyakit tersebut
menghancurkan tubuh ibuku. dimana beliau sangat terlihat lemah dan
kurus. Saya mulai mencucurkan airmata di pipi dan menangis. Hatiku
sangat terluka, teramat sangat terluka, melihat ibuku dengan keadaan
yang demikian. Tetapi ibu, dengan segala kekuatannya, berkata "jangan
menangis, anakku sayang, Ibu tidak sakit"

Itu adalah kebohongan ibu yang ke delapan
setelah megatakan kedelapan kebohongan nya, Ibuku tersayang menutup
matanya untuk selamanya!

Tidak ada komentar: